Ibuku

"Dek itu betismu kenapa memar?" terkadang, ya kadang saya kangen dengan Ibu yang bertanya ini itu. Ibu yang cerewet.
"Lupa. Gak tau kenapa apa." aku menjawab sekenanya.
Ibu hanya mengangguk, sudah terbiasa dengan putrinya yang selebor. Sering luka memar di sana sini.
"Bu. Lihat, kuku jempol kakiku jelek banget." ketika aku cari perhatian, itu tandanya aku kangen ibuku.
"Oh itu mah memar. Sama aja seperti yang di betis kamu." Ibu melihat sekilas lalu melanjutkan bermain dengan Benedict, keponakanku.
"Bukanya itu darah beku yang terjebak di bawah kuku?" aku mulai mendramatisir.
"Memangnya sakit, dek?" yes aku berhasil menarik perhatian ibuku.
"Hmm kalau ditekan sakit. Ini harus cabut kuku gak?" aku tahu ini sudah berlebihan.
"Sini Ibu lihat."
"Ah ini mah bakal terdorong ke atas, bersamaan dengan kukumu tumbuh. Dulu kan lukanya di sini." jawab ibu sambil menunjuk pangkal kuku jempol kakiku.
"Ih kok Ibu ingat?" padahal aku juga sadar, darah bekunya sudah semakin ke ujung terdorong kuku yang tumbuh.
"Ingat lah...."
Oke, aku semakin kangen Ibuku.

Comments

Popular Posts