Arya dan Anjani (7)



"Arya." Jani menatap lama mata Arya. Dahinya berkerut, mungkin dia sedang berpikir.
"Ya?" Arya menoleh, menatap Jani sebentar lalu kembali ke buku yang sedang dibacanya.
"Mata kamu kok besar sebelah?" Jani memperhatikan mata Arya dengan raut muka serius.
"Ah masa? Salah lihat kali kamu." Arya masih terus fokus pada buku yang dibacanya. Arya tahu matanya tidak besar sebelah. Arya tahu Jani hanya cari perhatian karena mulai bosan.
"Arya lihat! Ada kakek-kakek ngomong gaya banci!" Jani menunjuk ke luar jendela, ke arah parkiran.
"Ya mungkin memang dia bencong." Arya tahu kakek-kakek itu hanya ada dalam imajinasi Jani.
Jani menggumam kesal, kesal karena tidak diperhatikan.
Arya menutup bukunya lalu berdeham keras sambil menutup buku bacaanya, "Bosan ya?"
"Iya bosan makanya aku ajak kamu keluar." bibir Jani sudah maju sampai batas keelastisanya. Memamerkan kekesalanya kepada Arya.
Arya hanya tersenyum sedikit.
"Kamu mau kita bahas apa? Lipatan dimensi manusia dan dimensi lain? Black hole? Hukum relativitas? atau mau bahas scizofrenia?" Arya mencari topik yang menarik, mungkin bagi dirinya sendiri.
"Atau mau bahas pelajaran masakmu yang gak maju-maju?" kali ini Arya terkekeh.
"Aku mau berhenti menulis." Jani menjawab sekenanya yang sebenarnya ini setengah curhatan hatinya.
"Menulis? Maksudnya?"
"Iya aku mau berhenti menulis tentang kamu."
"Aku bahkan gatau kamu tulis tentang aku. Sini aku lihat."
"Gak mau. Nanti kamu tertawa."

Dan tanpa ada yang tahu, kecuali Arya sendiri, Arya membaca semua tulisan Jani tentang dirinya.
Arya menjadi bingung dengan salah kaprah yang Jani perbuat.
Dan tanpa ada yang tahu, kecuali Anjani sendiri, Jani memutuskan untuk tidak lagi menulis cerita tentang Arya dan Anjani. Tidak lagi menulis karena memang sudah tidak akan ada lagi kelanjutan cerita mereka.
Dan tanpa ada yang tahu, bahkan Arya dan Anjani sendiri, bahwa kali itu adalah kesempatan terakhir mereka untuk saling bercakap dan menatap.

***
Arya, kalau saja aku punya waktu lebih banyak. Aku akan berbuat lebih banyak hal konyol dengan kamu. Kalau saja apa yang aku rasakan selama bukan salah kaprah, aku ingin ini benar-benar terjadi seperti apa yang aku pahami.
Arya, kalau suatu hari nanti, sewaktu senja di kursi tua kita masing-masing, aku atau kamu membuka tulisan ini, aku ingin kita sama-sama paham dan menghormati apa yang sudah kita pilih.
***

Anjani menutup laman ceritanya dengan Arya. Dan terjadilah cerita itu tertutup entah sampai kapan.

Comments

Popular Posts