Parang Belati

Aku ingin duduk bersama, berlama-lama. Tenang di waktu sore karena kita tiada berkata. Bagiku hanya dengan duduk berdua saja itu sudah bermakna. Satu-dua, satu-dua aku bisa merasakan nafasmu menderu dan sekarang kulitku mulai bisa merasakan detak jantungmu. Aku ingin waktu membeku.
Membungkus momentum ini dalam memori. Tapi lama kelamaan aku merasa nyeri. Tepat di jantung hati. Karena aku tersadar kamu menusukan belati.

Aku melolong panjang. Layaknya anjing digorok dengan parang. Matamu menyalang. Aku mencoba menatapmu menantang. Tapi sayang, hanya muka pucat pasi yang terpampang. Penyesalan datang. Di kepalaku, masa lalu berlalu-lalang.

Aku merasa kecut, saat itu juga aku sangat membenci diriku sendiri. Rasanya aku ingin mati. Darah mengalir dari dada kiri. Aku tidak ingin bersimpuh mengiba. Hanya menatap matamu dan bertanya-tanya salahku dimana?  Bukankah selama ini kita saling bermanja-manja?

Comments

Popular Posts