Catatan 10 Hari



19 April 2016,

Sembilan belas April yang berarti ini hari kesepuluh sejak aku berumur 25 tahun. Dua puluh lima tahun bukan waktu yang sedikit untuk belajar menjadi dewasa, tapi bagiku belum cukup juga untuk bisa dikatakan dewasa. Sepuluh hari ini banyak sekali kejutan yang membuatku sampai menangis tapi ada juga yang membuatku tertawa sampai sakit perut.


Dimulai dari tanggal 9 April, dapet sun sayang dari orang serumah. Siangnya kompolotan perempuan bokep nan kamfret kumpul lengkap (kecuali Sasha tentunya). Mereka adalah orang yang paling bahagia merayakan ulang tahunku yang ke-25 dan jomblo. Sembilan jam mengobrol, saling berbagi cerita hidup masing-masing. Kata orang, kalau kamu kumpul dengan teman-teman yang 'sebenarnya' secara otomatis kamu akan melepas gadget-mu. Dan itulah kami, melepas gadget sampai saatnya harus pulang. Rasanya seperti balik ke jaman kuliah dulu, pulang kuliah kita ngemper di landas biologi. Mengobrol sampai diusir Pak Ana atau kembaranya Pak Ono.

Dari si cantik, HBP, dari negri sakura

Tanggal 10 April, makan malam keluraga rukun bahagia seperti keluarga cemara. Rasa syukur rasanya menghangatkan meja makan. Terima kasih sudah memberikan cinta tanpa syarat. Makan malam yang diakhiri tragedi Benedict naik ke atas meja dan membuat meja makan nampak seperti habis terserang amukan Godzilla.  Malemnya ccbk janjian skype-an. Kangen juga sama si Raden yang lagi di Inggris. Skype-an ngobrol sampe pagi, gak pernah bisa inget waktu kalau udah ngobrol sama perempuan setengah Rambo ini.

Tanggal 11 situasi aman terkendali, kerjaan menumpuk. Sebagai calon manager OB, harus giat bekerja memilih ember dan kain pel yang terbaik. Makan tuh ember sebiji 9 juta! Makan tuh pel 3,7 juta! Apes apess, dikala temen-temen yang lain meributkan buffer atau media apa yang cocok untuk pertumbuhan sel, aku malah kebagian belanja alat bersih-bersih.
Ada dua kejutan lagi di hari ini. Geng ciwi-ciwi pencinta anime beliin body butter plus edt bodychop. Aduh senengnya. Kalau kalian tau gimana susahnya cari temen di lingkungan kerja, kalian pasti paham rasa seneng yang sedikit berlebihan ini.
Malemnya, pas lagi tidur-tiduran di kosan, tiba2 jendela kamar diketok. Pas ngintip dikit, ternyata ada sekumpulan jejaka cikarang di depan kosan. Tenang, mereka bukan abang-abang tapi sekumpulan pria-pria kesepian yang sering ngumpetin sepatuku di balik pilar kantor tapi lebih sering di tangga darurat. Mereka sweet banget bawain kue plus korek api gas sebagai pengganti lilin. Pokoknya kalian super lah.

Tanggal 12, dan tragedi dimulai. Ingat Alfredo? Kami mengobrol lama di telpon. Menceritakan hidup masing-masing hampir dua tahun terakhir. Tidak ada yang salah, tidak ada yang janggal, semua rasanya seperti dulu lagi sampai satu pertanyaan dia lontarkan,
"Han tanggal 28 Mei bisa dinner bareng, gak?"
Perempuan mana yang gak melinjak kegirangan menerima ajakan dari laki-laki yang pernah (dan mungkin masih) dia sayangi?
"Yah pas banget saya naik gunung. Boleh minggu depanya aja?" aku pun menawar.
"Gak bisa, hotelnya sudah di booking." aku pun mulai merasa aneh.
"Memang ada acara apa? Pakai booking hotel segala? Ulang tahun kamu kan Februari" aku mulai panik.
"Saya married tanggal 28." tidak perlu  ditanya dengan siapa, malaikat juga tahu.

Tanggal 13, masih meratapi nasib.

Tanggal 14, charger laptop hilang! Aku curiga diambil tuyul. Di kala sudah pasang iklan untuk jual laptop, chargernya malah hilang. Laptop tua 7 tahun umurnya. Dia yang paling setia nemenin skripsweet-an. Masih jodoh nampaknya dengan si laptop tua.

Tanggal 15, panjang cerita antara Cikarang-Bekasi Barat. Khusus yang ini, akan ada tulisanya tersendiri.

Tanggal 16, hampir di php in sama Ratu Jigong alias drg, Shinta. Tapi berakhir dengan mulut penuh bakmi babi Abun. Sangat menghibur.

Tanggal 17, tidur nyenyak sampai lupa ke Gereja.

Tanggal 18, tragedi ketiga dimulai. Sepatu gunungku yang warnanya ungu itu rusak di tangan orang lain. Nangis? Sudah pasti. Itu sepatu banyak ceritanya. Dibeli pake gaji pertama, bahkan sempet utang dulu sama Sasha sampe hari gajian. Dipakai untuk muncak pertama kali, Gunung Prau. Udah nemenin meluncur bebas di padang pasir berbatu di Guntur. Udah nemenin nyebrang kali plus masuk kubangan di Papandayan. Udah nemenin masuk-masuk hutan melintas sawah melintas sungai di Ujung Kulon sana.
Teganya

Tanggal 19, dilanda perasaan kasihan dan tidak tega, akhirnya aku menetapkan ganti rugi 500ribu (42%) kepada yang bersangkutan. Tidak tega tapi harus bisa tegas, itulah hidup, bung! Setidaknya dia belajar bertanggung jawab.

Sepuluh hari ini aku banyak sekali belajar mengambil sikap. Mengikhlaskan apa yang sudah menjadi bubur. Tetap baik dengan orang lain tetapi harus tegas. Tidak terlalu lama terperangkap dalam drama percintaan, nanti bisa jadi sinetron Indosi*r. Dan yang terpenting tidak lagi meminjamkan apa yang kita sayangi (baik berupa orang maupun barang) ke orang lain.  

Comments

Popular Posts