Day 33

 Hi bang, aku yakin sekarang hidupmu sudah lebih tenang. Kamu sudah tidak lagi khawatir akan tertular aku ataupun khawatir akan habis waktumu untuk merawatku yang rewel ini. Aku rasa waktu Nanguda Andres  bilang melihatmu dalam keadaan sedih, itu sebuah kesalahan kaprah. Aku yakin kamu sudah punya hidup yang lebih baik sekarang. Selama kita pacaran dulu, kamu benar aku terlalu sering "menyuruh" mu. Kurang lebih bahasamu kamu merasa seperti babu. Bang aku salah, selama ini aku menganggap apa yang aku lakukan adalah memberikan kamu peran. Aku kira kamu senang karena dengan menolongku memenuhi apa yang aku minta, aku pikir kamu akan merasa terangkat kamu akan valid. Aku salah. Maaf aku tidak peka ternyata selama ini kamu merasa keberatan. Aku salah seringkali malah marah-marah bukannya berterima kasih ketika aku sudah mencoba memenuhi apa yang aku minta. Aku sungguh minta maaf. Aku sama sekali tidak bermaksud menyakiti kamu. Aku salah aku salah, tidak seharusnya aku tidak tahun diri seperti ini.

Bang aku minta maaf semenjak pacaran denganku dulu, kamu kurang waktu berkumpul dengan keluargamu. Aku tidak tahu kenapa, aku selalu menanyakan kenapa kamu jawab tidak. Apa aku yang membuatmu seperti ini Bang? Aku ingat waktu Anjel sakit, minta kamu yang mengantar ke dokter, aku malah ngambek. Hari itu hari Jumat aku ingat. Seperti biasa tiap Jumat kamu menjemputku di kantor Cikarang lalu bersama-sama ke Setu. Aku marah karena semua batal. Aku marah karena aku merasa kamu direbut. Aku cemburu karena saat aku sakit kamu tidak berani ijin ke orang rumahmu untuk sekedar menjemputku di kantor padahal waktu itu kamu masih pengganguran. Kamu betul, aku egois. Apa yang aku tidak dapatkan, orang lain tidak boleh dapat. Lain waktu aku ingat Iyun jatuh dari motor terserempet orang di Cawang. Saat itu kita berdua sedang wfh dari Starbuc** dengan rumahku. Kamu ingin segera bergegas ke sana, tapi aku ngambek. Aku tidak bilang tidak boleh tapi gesture tubuhku mengatakan jangan. Dan akhirnya kamu tidak pergi sampai kerjaanku beres. Kamu mengantarku pulang lalu segera ke Cawang. Aku egois lagi. Kamu benar di saat-saat terakhir kita pacaran, kamu bilang aku egois. Kamu sepenuhnya benar. 

Selama lima tahun aku merasa sangat disayang sebagaimana perempuan. Aku berterima kasih kamu pernah datang di hidupku.  Menyemangati saat sekolah sampai akhirnya aku bisa lulus tepat waktu. Aku tahu bang kasihmu dulu begitu nyata, kamu selalu bertanya apa aku senang. Kamu selalu bertanya apa aku tidak apa-apa. Terima kasih, aku pernah dicintai segitu tulusnya. 

 Kamu ingat pembicaraan kita dulu pertama kali? Aku baru sebulan diputus oleh mantanku dengan menangis tersedu sedan tak karuan. Kamu bilang berdoalah minta ketenangan. Gak menyangka 6 tahun semenjak hari itu, tepat di bulan yang sama. Bulan Juli. Aku meminta Tuhan ketenangan. Sampai sekarang aku masih belum tenang. Setiap berdoa aku sudah bilang ke Tuhan kalau ini semua terlalu menyakitkan. Badanku sudah lemah, kamu tahu kan aku sakit berat Bang? Aku juga tidak tahu kenapa aku tidak mati saja. Aku tidak paham Tuhan mau aku ngapain selanjutnya. Aku sudah sakit dan sekarang aku sendiri. Banyak rencana-rencana yang kita buat. Sekarang semuanya buyar. Jujur Bang aku gak tahu harus apa sekarang, seperti orang sudah tidak punya mimpi. 

Dua minggu terakhir kita pacaran, setiap aku minta tolong kamu selalu bilang "keluarga kamu emang kemana?" Bang keluargaku ada, dan mereka yang sokong aku sekarang. Mereka tiang pancangku sekarang dan dari dauhulu juga begitu. Semua berbalik seperti awal kita bertemu, saat pertama kali aku dirawat inap, kamu mengatakan hal yang sama "kan sudah ada keluarga kamu." Kamu katakan itu saat aku protes kenapa kamu lebih memilih nongrong dengan teman-temanmu disaat jelas-jelas aku sedang dibawa ke UGD karena sepsis. Jawabanya kamu takut untuk pamit dengan teman-temanmu. Kamu takut teman-temanmu tahu kamu sudah punya pacar lagi. Bang semua sudah berbalik ke kondisi awal kita pacaran. Dan sekarang sudah ke kondisi di saat kita belum saling mengenal. 

Pada akhirnya aku tidak tahu kapan, aku perlahan akan bisa menghapus namamu dari rencana-rencanaku. Kamu sudah bisa tenang sekarang karena aku sudah tidak bisa lagi menularimu. Selamat mengejar karirmu. Selamat langgeng dengan perempuan yang sudah kamu rencanakan. 

Comments

Popular Posts