Siapa yang Tahu Cimaja Dimana?

Letak Cimaja
Tahu Cimaja dimana?
Cimaja itu  international surfing spot yang terletak di selatan Jawa Barat. Pantai dengan ombak besar yang justru lebih banyak turis asingnya. Cimaja masuk daerah Palabuhan Ratu, Sukabumi dengan jarak tempuh sekitar 7-8 jam dari Jakarta.

***

Kali ini saya nekat ikutan club photography dari kantor pusat (FYI saya kerja di pabriknya). KAMALA (Kalbe Mata Lensa) namanya. Nekat karena belum mengantongi ijin cuti dari kantor, nekat karena tidak ada yg saya kenal satu pun di sana. Bapak Ibu saya pun mempertanyakan kok saya bisa-bisanya ke luar kota dengan orang antah berantah? Tapi toh akhirnya hari Jumat lalu jam 18.30 saya jadi ikutan berangkat dari kantor Cempaka Putih.

Sekitar pukul 2 dini hari kami sampai di penginapan. Penginapanya cocok untuk penyuka outdoor, rumah panggung terbuat dari bambu. Banyak ventilasi yang dibiarkan tak berpenutup, maka pemilik penginapan menyediakan kelambu di tempat tidur.  Penginapan hanya berjarak 5 meter dari pantai, suara ombak pun menjadi lagu pengantar tidur.

Jam 5 pagi adalah jam otomatis saya bagun tidur. Aih dingin sekali ternyata. Saya nyesel tidak bawa kaos kaki. Kaki saya sudah sedingin es sekarang. Saya mencoba bergerak-gerak untuk memanaskan tubuh. Ah, jalan-jalan di pantai saja sekalian. Saya tidak menyangka, bisa menyaksikan subuh secantik ini. Pantai dengan pasir coklat yang dominan ditutupi batuan bulat dan besar. Kalau kata tutor saya itu karena ombak di sana besar sehingga batuan yang tergulung ombak lama kelamaan terkikis menjadi bulat.

pagi di hari pertama
Acara pertama kami adalah hunting foto di Pasar Ikan Palabuhan Ratu. Yah namanya juga belajar, tidak mudah untuk mencapai titik enjoy. Saya stress ambil gambar. Bekali kehilangan momen karena tidak siap dengan pengaturan di kamera. Belajar street photography susah kalau kata saya. Saya memang tidak ada kendala untuk berbincang dengan orang asing yang saya inginkan menjadi objek foto saya. Tapi ketika momen yang saya incar tiba, saya kaget dan sibuk mengatur setting kamera. Yang saya tangkap, dasar street fotografi adalah foto yang jujur, apa adanya tidak perlu editting yang berlebihan. Di bagian ini saya suka sekali. Tapi karena fotonya harus jujur, maka kita harus selalu siap dengan pengaturan kamera yang sudah tepat. Yang membuat street photography menarik lagi adalah aksi dari si objek yang membuat foto kita hidup. Aksi yang alamiah bisa kita tangkap dengan kamera biasanya kalau kita ngobrol dulu sama objek kita. Kalau aksi tersebut dipaksakan, pasti jadinya kaku. Maklum, kan mereka bukan model.

"Hasil tangkapan mah banyak. Tapi pembelinya yang gak ada." seorang pedagang ikan bercerita kepadaku.
"Kok bisa gitu pak." saya mencoba menimpali
"Gatau. Lagi lesu ekonomi. Lesu duitnya kali ya." si Bapak berspekulasi.
"Pak tadi saya lihat ada yang jual ikan hiu." saya mencoba mencari topik lain.
"Kecil kan? Paling tidak sengaja tertangkap. Nyangkut di jala." si Bapak menepis pikiran negatif saya.
"Ah gitu. Tapi gak ada yang sengaja berburu hiu kan, Pak?" sambil mengambil gambar, saya terus bertanya.
"Enggak sih setau saya. Kan dilarang." saya bernafas lega mendengar jawaban si Bapak.

Pasar Ikan Palabuhan Ratu

Saya ngobrol lama dengan bapak berbaju kuning,
sampe nanyi-nanyi bareng lagu Bubuy Bulan segala.

Kalau yang ini saya dapatnya candid.
Ngumpet dibalik tumpukan sterofoam bekas wadah ikan.
Cimaja ternyata sudah terkenal dengan ombak besarnya di dunia internasional. Maka tak heran jika lomba selancar internasional ternyata diadakan di Cimaja. Wah saya  bahkan baru tahu. Dari surfing spot kita bisa jalan kaki 500 meter menuju penginapan sekaligu resto ditengah sawah. Namanya Cimaja Beach Club. Harga makananya cukup mahal, standar cafe di Jakarta. Pasar mereka adalah turis internasional yang rata-rata memang mencari ketenangan.

Daftar menu di Cimaja Beach Club
Penginapan di tengah sawah
Selesai sarapan, kami bermaksud hunting foto di Goa Cikembang. Hanya berjarak sekitar 30 menit dari tempat kami sarapan. Sayangnya saat ini air laut sedang pasang sehingga kami tidak bisa meneruskan perjalan ke Goa.
Jalan menuju Goa Cikembang tertutup air laut yang sedang pasang,
Kami pun segera beranjak ke Curug Cikakak untuk "pelajaran" berikutnya. Curug ini sekitar 30 menit  dari Cikembang. Letaknya masuk ke dalam dari jalan besar. Setelah parkir di lahan datar, kami melanjutkan jalan kaki ke curug. Disarankan untuk pakai sendal gunung atau sepatu yang bisa tahan di tanah merah berumput karena cukup licin jika menggunakan sandal jepit.
Disini saya pertama kali belajar foto air menggunakan tripod. Tutor saya galak.
"Han mana tripod kamu?" tutor saya bertanya.
"Gak punya Mas." jawabku enteng
"Pinjam sana sama yang lain." aku pun nurut mencari pinjaman tripod.
"Majuan sana kamu, gak dapet kalau kejauhan tuh." si tutor mulai menyuruh-menyuruh.
"Han, kamu tuh kalau slow speed pake timer, apa guna kamu udah pake tripod." nadanya mulai kesal.
"Ya ampun diamanin dong kameranya. Kalau tiba-tiba jatuh gimana kameramu?" si tutor menyuruh saya tetap memegang kamera karena tripod penyangga berada di atas batu yang tak rata.
"Nah tuh dapet kan bagus. Sekarang coba ambil yang portrait." nampaknya sudah siap mau marah-marah lagi.
"Gimana caranya mas ubah posisi kamera jadi berdiri?" tanyaku polos.
Meskipun sudah berhasil mengubah posisi kamera di tripod, tapi saya gagal juga dapat foto portrait curug.
Curug cikakak
Curug cikakak
Sorenya kami kembali ke penginapan untuk bersantai sambil menunggu matahari terbenam. Dulu saya pernah juga ikut kelas fotografi, kata pengajarnya kalau sunset mah dinikmati bukanya diburu. Tapi karena kali ini hunting sunset menjadi salah satu topik workshop, maka saya pun ikutan hunting sunset. Beruntungnya ada satu dua nelayan di pantai yang bisa dijadikan objek foto.
"Kamu tuh apaan sih Han. Memfoto nelayan kok fokusnya di batu. Yang ini malah fokusnya di laut." saya kena omel lagi.
"Nelayanya lari-lari mas, susah dapetinnya." ujar saya ngeyel.

Foto blur nelayan
Matahari tenggelam di balik bukit
Ketika bulan harus bertemu matahari

Malam hari kami habiskan dengan ngobrol ngalor ngidul. Seperti grup trip lainnya disaat waktu sudah mau habis, kami juga membicarakan kemana trip selanjutnya. Hasil foto kami pun banyak di bahas di sini.
Jadi karena kami disubsidi kantor, maka setiap orang diwajibkan menyumbang tiga foto terbaik. Saya segera mengambil kamera dan duduk di sebelah tutor saya yang galak. 
"Mas, aku males. Mas aja dong yang pilihin tiga foto." aku menyodorkan kameraku.
"Hahahaha. Jangan saya, nanti gak ada yang kepilih." songong betul memang tutorku ini.
Pada akhirnya pun mas tutor galak melihat hasil fotoku. Banyak komentar yang bikin saya ingin mentoyor kepalanya. Tapi semua masukanya kalau dipikir-pikir sangat membangun. 


Pagi hari kedua di Cimaja.
Laut dan langit cantik seperti biasa.
Semua hasil foto yang saya tampilkan di sini tidak di edit sama sekali. Iya seindah itu bumi, langit dan keharmonisan manusia di Cimaja. Jadi, sekarang sudah tahu kan Cimaja dimana? Ayo ke Cimaja! 

Comments

  1. Replies
    1. iyaaa ran. lain kali jalan2 anak kmk kesini yuk. ada camping ground nya

      Delete

Post a Comment

Popular Posts