Bau Daster Ibuku
Ibu, begitu ingin aku pulang. Duduk di lantai sambil menaruh kepala di pangkuanmu. Aku begitu ingin Ibu membelai rambutku, sampai tertidur seperti saat dulu aku masih kanak-kanak.
Aku hanya ingin bersandar, menghirup dalam-dalam aroma dastermu. Aromanya tidak pernah berubah. Selalu membuatku kangen pulang.
Ibu selalu tahu setiap kali anak gadisnya bersedih. Ibu tidak pernah bertanya ada apa, hanya karena Ibu sudah tahu jawabanya. Air mataku mulai mengalir. Aku merasakan telapak tangan ibuku yang hangat, mula-mula membelai rambutku lalu punggungku. Daster ibu sudah basah entah karena air mata atau ingusku. Aku benci menangis karena hanya membuatku sulit bernapas.
"Anakku, hatimu hanya akan bertambah kuat."
"Ibu, bagaimana mungkin? Sayapku patah sudah."
Aku hanya ingin bersandar, menghirup dalam-dalam aroma dastermu. Aromanya tidak pernah berubah. Selalu membuatku kangen pulang.
Ibu selalu tahu setiap kali anak gadisnya bersedih. Ibu tidak pernah bertanya ada apa, hanya karena Ibu sudah tahu jawabanya. Air mataku mulai mengalir. Aku merasakan telapak tangan ibuku yang hangat, mula-mula membelai rambutku lalu punggungku. Daster ibu sudah basah entah karena air mata atau ingusku. Aku benci menangis karena hanya membuatku sulit bernapas.
"Anakku, hatimu hanya akan bertambah kuat."
"Ibu, bagaimana mungkin? Sayapku patah sudah."
Comments
Post a Comment