A Lover 'Game'

http://nm2000.kz/news/2013-08-01-73747
Belum pernah saya seterharu ini, memasuki pintu Gereja. Padahal romo sudah menyanyikan lagu alleluya, tanda memasuki bacaan Injil. Bukanya merasa panik atau merasa bersalah karena telat, saya justru menangis. Ya betul, saya begitu merindukan-Mu, Tuhan.

Dua bulan memang singkat bagi sepasang laki-laki dan perempuan untuk saling mengasihi. Kalian silahkan tidak percaya. Kalian silahkan menilai saya hanya main-main. Jauh dari itu semua, perasaan saya tulus. Saya tulus belajar untuk sabar. Saya tulus belajar untuk membiarkan semesta yang bekerja. Saya tulus belajar untuk tidak menyela kehendak Tuhan. Tapi ketika semuanya hanya membuat saya terus menangis, mungkin memang bukan jalanya untuk saya kembali lagi kepada dia.
Ketika saya mencoba menjelaskan semuanya, dia sudah menyuruh saya tutup mulut, "Tidak perlu." begitu katanya. Saya yakin dia tidak hanya marah pada saya, tapi juga pada dirinya sendiri.

Sepuluh hari yang membuat kepala saya hampir pecah. Saya pusing mendengar suara-suara di kepala. Berbagai skenario saya coba atur untuk bisa kembali kepadanya. Saya ingin membujuk. Saya ingin merayu. Saya bahkan sanggup untuk berlutut. Ini kali pertamanya saya memohon. Silahkan kalian memandang saya rendah tapi satu hal yang saya pelajari: saya berhasil meredam ego saya. Karena pada kenyataanya, saya tidak memaksakan apapun.

Tangis saya benar-benar pecah. Saya tidak tahu kapan saya akan siap untuk memulai yang baru.

Comments

Popular Posts