Sampai Bertemu Lagi, Kawan!
(http://reky1991.blogspot.co.id/2014_07_01_archive.html) |
Tidak ada yang aneh dengan pagi tadi. Semua seperti biasanya. Rutinitas yang miskin hawa petualangan. Sistematika yang jauh dari tantangan. Aku bangun pagi pukul 07.00 lalu sarapan segelas milo dan selembar roti tawar. Ibu duduk menemani sampai sarapanku habis. Pukul 8.30 aku berangkat lalu naik kereta pukul 8.42. Pukul 9.30 aku sampai di kantor, masuk toilet lantai 4 lalu cuci tangan. Taruh tas di mejaku lalu turun ke lab di lantai 3. Temanku bilang sel biakan ku kena kontaminasi bakteri dan kemungkinan jamur. Aku berjalan normal ke meja mikroskop. Melatakan flask biakan di meja objek, mengatur cahaya, mengatur lensa, tidak ada hal khusus. Menggunakan perbesaran 20 kali. "Ah ini menarik untuk difoto! Ada sel-sel clumping yang menyerupai benang." Aku melepas sarung tanganku lalu mengambil telpon genggam di saku. Ternyata ada satu pesan di wa dari Chris, kenalanku dulu saat naik Gunung Prau.
Mohon dukungan doa ya Hanna utk keselamatan Aris, belum ada kepastian gimana Aris. 2 dari tmn Aris yang sama2 mendaki ke gn Lawu, meninggal dan yang lain selamat. Kita nunggu kabar resmi dr SAR dan pihak keluarga. Berharap korban yg sulit diidentifikasi karena sudah rusak terbakar bukan Aris teman kita. Amin.
Kakiku lemas, aku menahan air mata. Mari aku kenalkan kepada kalian, siapa Aris ini sebenarnya.
Silahkan baca tulisanku bulan Mei lalu (2.565 mdpl). Disitu aku menyebutkan Mahfud dkk. Aris adalah bagian dari dkk itu. Tidak banyak yang aku ingat tentang temanku ini. Hanya satu dua ingatan saja. Saat akhirnya aku, Sasha, dan Shinta jalan bersama Mahfud, Aris, dan 1 org lagi. Aku ingat aku sempat terjatuh karena kabut tebal sekali dan saat itu sudah pukul 19.00 tetapi kami masih belum sampai puncak. Aku jatuh dalam posisi duduk agak lama, aku masih bisa merasakan kedua kakiku. Aris mengangkat carrier-ku, "Ayo berdiri. Gak sakit kan? Masa gitu doang nyerah."
Hanya satu kalimat itu yang aku ingat jelas. Setelah selesai pendakian pun aku justru banyak berbincang dengan Mahfud. Mahfud laki-laki sedikit tambun yang 85% pembicaraanya adalah lawakan. Aris banyak diam, dan sekali dua kali ikut tertawa. Sampai kami kembali ke Jakarta pun aku tidak banyak kontak dengan Aris. Justru dengan Chris aku banyak bertukar kabar. Sejak Mei lalu, ada 4 kali kelompok pendakian ini mengadakan temu kangen. Berkali Chris mengajak bergabung, berkali pula aku menolak. Yang aku selalu ingat, Aris selalu menawari menjemput di Stasiun Pasar Minggu. Dimana pun lokasi ketemuannya, pasti Aris menjemput di Stasiun Pasar Minggu. Maklum kosan Aris di daerah Cilandak.
Kalau ditanya kenapa, aku tidak bisa memberi alasan kenapa air mataku tidak bisa berhenti tadi siang. Rasanya seperti ada orang yang meninju telak di dada. Aku bersedih membayangkan seorang anak muda harus pergi dimakan api. Aku bersedih untuk rasa sakit yang amat sangat sebelum dia berpulang. Aku bersedih untuk kepanikanya saat memadamkan api di tubuhnya. Aku bersedih untuk banyak waktu yang diperlukan untuk memastikan bahwa itu benar jenazah temanku Aris. Aku brsedih untuk kesendirianya saat akan bersatu dengan alam.
Satu hal yang aku masih syukuri, Aris pulang di tempat yang dia kagumi: alam semesta.
Hasil tes DNA jenazah tersebut sebenarnya belum keluar, sampai detik aku menulis ini. Jenazah sudah sangat sulit dikenali lagi. Tapi pihak keluarga sudah sangat yakin bahwa itu benar anak mereka, saudara mereka, Aris. Lagi aku bersedih, betapa remuk hati orang tua melihat putranya mendahului mereka.
Aku teringat, pernah suatu siang aku bercerita dengan temanku, sesama pencinta alam.
Aku : "Lu tau gak, orang yang paling berbahagia adalah orang yang meninggal muda."
Tmn : "Iyaaa! Itu kata-katanya Soe Hoek Gie kan! Pendiri Mapala dia men!"
A : "Iya. Gatau tapi gue rasa itu bener. Orang yang meninggal muda gak harus merasakan betapa lemah fisik seorang tua."
T : "Gue juga mikir gitu. Tapi gue takut kalo ngomong gitu ntar dimarahin orang."
A : "Hahahaa. Terserah Tuhan aja pastinya mah, tapi gue gak apa-apa kalaupun gue harus mati muda."
Aris, semoga kamu sudah pulang dengan bahagia. Ragamu sudah berpelukan dengan ibu semesta raya. Jiwamu sudah kembali ke Tuhan yang Maha Agung.
Baik-baik kawan! Nanti di pendakian selanjutnya, kita bertemu dalam doa ya,kawan!
Comments
Post a Comment