Diskusi Senja
Situ Gunung (photo taken by me) |
Berceritalah
teman semua masalahmu. Bicarakan semuanya selagi senja. Momentum yang
selalu aku cintai. Duduk di sebelahmu berbonus senja jingga. Bibirmu tak
kunjung bicara. Air mataku mulai menggenangi pelupuk mata, memahami
arti kebisuan.
Aku mencoba bicara, “Anak kita nanti namanya Jingga.”
Kita sama-sama tahu Jingga tidak akan pernah ada. Dia adalah kasih yang tidak akan sempat melihat semesta.
Kita bagaikan hujan dan kering yang tidak pernah sejiwa. Kita bagaikan hitam dan putih yang tidak akan pernah sewarna. Kita bagaikan fajar dan senja yang tidak akan pernah saling menyapa. Aku yakin suatu saat nanti aku akan terbiasa, walau jiwa tidak akan pernah rela.
Kita bagaikan hujan dan kering yang tidak pernah sejiwa. Kita bagaikan hitam dan putih yang tidak akan pernah sewarna. Kita bagaikan fajar dan senja yang tidak akan pernah saling menyapa. Aku yakin suatu saat nanti aku akan terbiasa, walau jiwa tidak akan pernah rela.
Untuk sementara aku karang cerita, Jingga akan ada dalam peluk kita. Untuk sementara, aku karang cerita, haru biru ini sudah memudar. Untuk sementara, biarlah mimpi yang menumbuhkan asa.
Sekarang aku semakin sibuk menahan air mata. Sekitar tidak lagi ada untuk mendukung. Belajar melepaskanmu. Belajar untuk memeluk rindu, memaklumi setiap kehadiranya.
Comments
Post a Comment