Gunung Batu dan Sekawanan Burung Layang
Kamis, baru saja aku menyelesaikan makan siangku. Aku duduk di depan komputer kerjaku. Jam istirahat siang belum usia, pikiranku mulai berkelana. Membayangkan diriku duduk di puncak gunung, aku mencoba mengingat-ingat bau gunung. Bau tanah, bau pasir, bau rumput, bau air, dan bau keringatku sendiri. Tiba-tiba saja ide itu muncul.
***
Aku sungguh berterima kasih pada kawan perjalananku kali ini, si Abang. Abang bilang Gunung Batu memang sangat pas. Perjalanan dari Cikarang ke Jonggol akan kurang dari 2 jam.
"Dari tempat parkir motor sampai ke puncak hanya satu jam." si Abang bercerita.
"Satu jam? Sependek itu kah jalurnya?" pertanyaanku terjawab pesan gambar yang dikirimkan Abang. Dia mengirimkan potret dirinya ketika sedang mendaki Gunung Batu. Di pojok kanan bawah terdapat keterangan waktu, tahun 2010 tertulis.
"Ah pantas saja! Itu kamu waktu masih singset," balasku sambil menahan tawa.
Singkatnya kami memutuskan untuk melakukan pendakian tektok. Barang bawaan akan jauh lebih sedikit. Tidak perlu bawa tenda, logistik hanya dua botol air 1.5 liter dan sarapan, baju pun hanya bawa selembar kaos.
***
Sabtu, pukul 02.30 dini hari
Si Abang sampai di kosanku, Cikarang. Setelah menyeruput segelas energen satu berdua, kami pun berangkat. Perjalanan dengan motor di malam hari ternyata cukup menantang. Kami banyak bertemu truck di jalan raya Cikarang-Cibarusah. Mungkin mereka menghindar jalan tol yang kadang justru lebih kusut ketimbang jalan biasa. Setelah memasuki daerah jonggol, aku merasakan suhu mulai turun. Angin gunung berhembus cukup membuatku terkantuk. Hanya satu dua kendaraan yang berpapasan sepanjang jalan. Jalanan terus menanjak. Tak jarang kami melewati hutan bambu. Abang membawa motor cukup kencang. Lampu penerangan jalan tidak memadai. Untungnya masih banyak rumah di tepi jalan yang tidak pelit penerangan. Lampu kuning dari teras rumah cukup membuat kami tidak terlalu tenggelam dalam gelap. Karena abang yang menyetir, aku pun mengambil peran sebagai penunjuk jalan. Tentu saja dengan bantun google maps. Sampai di suatu pertigaan, ada papan penunjuk yang menyuruh untuk berbelok kanan. Pendakian Gunung Batu, begitu tertulis. Namun google maps menyuruh mengambil jalan lurus. Kami mengikuti maps. Sampai sudah sekitar 10 menit, abang memutar balik kendaraan.
"Loh kenapa putar balik?" tanyaku.
"Bukan ini jalanya. Harusnya tadi belok kanan." jelasnya. Aku menurut saja karena memang dia sudah pernah ke sini.
Setelah mengikuti papan petunjuk, tak jauh ada pertigaan. Kiri motor, kanan mobil. Jalanan kian menjadi. Tanah merah yang berusaha ditutupi batuan asal pecah. Aku sarankan untuk berhati-hati. Kabut turun tidak terlalu tebal. Pandangan jelas sekitar 5 m meter kedepan. Kiri kanan hutan, sudah tidak ada rumah penduduk lagi. Aku ragu kami mengambil jalan yang salah.
Pos 2, pukul 03.50 dini hari
"Permisi pak, parkir motor bisa disini?" tanya Abang.
"Iya parkir saja di sini. Jalurnya kesana, ikuti saja papan petunjuk." si Bapak menunjuk gapura yang berjarak sekitar 10 meter dari bale.
"Sepi ya pak? Apa karena masih terlalu pagi?" Abang bertanya lagi.
"Rame nya mah malam minggu." si Bapak masih mengantuk.
"Numpang duduk di sini ya pak." jawab si Abang sambil mengajakku duduk di bale.
Bale nya cukup luas dan terbuka. Aku merapatkan jaket, angin cukup kencang dan dingin.
"Kita mau naik sekarang apa nanti jam5 aja?" tanyaku tidak sabar.
"Masih terlalu gelap. Nanti saja nunggu terang." katanya sambil meluruskan kaki.
"Kan bisa pake headlamp. Supaya bisa liat sunrise di atas." aku benar-benar tidak sabar.
"Sebentar lagi ya. Nunggu terang sedikit." aku memutuskan untuk tidur menggelung seperti kedua bapak penjaga yang sudah kembali terlelap.
Pukul 5 lewat aku mendengar suara adzan subuh. Aku terbangun. Langit sudah mulai terang. Suara dengkur si Abang membuatku kembali meluruskan kaki. Tiga puluh menit lagi saja.
Memulai pendakian, pukul 05.30
Setelah berpamitan dengan bapak di pos 2, kami memulai jalan kaki. Jalurnya cukup jelas. Kami banyak memotong lewat dalam hutan. Kalau kau ragu lewat dalam hutan, ikuti saja jalan bebatuan yang terbuka lebar. Oh ya untuk biaya pendakian, kami dipatok Rp 15,000 per orang di pos 2.
Setelah 20 menit berjalan, kami sampai di camp site. Hanya ada 1 tenda dan begitu banyak monyet ekor panjang. Hati-hati ya, mereka tidak jahat tapi super jahil. Barang berharga dimasukan ke tas. Ada 1 pejantan, beberapa betina, dan banyak monyet kecil bergelantungan di pohon. Aih harmonis sekali keluarga ini.
Selepas camp site jalur mulai menantang, Batuan yang lumayan curam dan cukup tinggi menunggumu di depan. Pihak pengelola sudah memasang tali sebagai alat bantu memanjat batu. Tenang saja, tali dipasak begitu kuat ke batu jadi cukup kuat untuk ditarik.
Menjelang puncak, jalur sudah kembali cukup normal. Tanah bebatuan yang landai. Jalurnya sempit, pas sekali jika berpapasan dengan pendaki lain yang hendak turun. Kiri kanan ilalang lalu jurang.
Puncak Gunung Batu, pukul 06.15
Aku takjub sekali melihat kota Bogor dari atas. Pegunungan terlihat seperti mengelilingi Gunung Batu. Sebelah barat sampai selatan kamu bisa melihat jajaran Gunung Salak, Gede, Pangrango. Ada sedikit tanah datar di puncak, kami memutuskan untuk sarapan dahulu. Kompor teko gelas dan logistik kami keluarkan. Sedap sekali menyeruput teh manis hangat ditemani sekawanan burung layang.
Aku ingin naik gunung akhir pekan ini.Nama Gunung Batu tercetus begitu saja di dalam kepalaku. Kontan aku mencari info lebih lanjut melalui internet.
***
Aku sungguh berterima kasih pada kawan perjalananku kali ini, si Abang. Abang bilang Gunung Batu memang sangat pas. Perjalanan dari Cikarang ke Jonggol akan kurang dari 2 jam.
"Dari tempat parkir motor sampai ke puncak hanya satu jam." si Abang bercerita.
"Satu jam? Sependek itu kah jalurnya?" pertanyaanku terjawab pesan gambar yang dikirimkan Abang. Dia mengirimkan potret dirinya ketika sedang mendaki Gunung Batu. Di pojok kanan bawah terdapat keterangan waktu, tahun 2010 tertulis.
"Ah pantas saja! Itu kamu waktu masih singset," balasku sambil menahan tawa.
Singkatnya kami memutuskan untuk melakukan pendakian tektok. Barang bawaan akan jauh lebih sedikit. Tidak perlu bawa tenda, logistik hanya dua botol air 1.5 liter dan sarapan, baju pun hanya bawa selembar kaos.
***
Sabtu, pukul 02.30 dini hari
Si Abang sampai di kosanku, Cikarang. Setelah menyeruput segelas energen satu berdua, kami pun berangkat. Perjalanan dengan motor di malam hari ternyata cukup menantang. Kami banyak bertemu truck di jalan raya Cikarang-Cibarusah. Mungkin mereka menghindar jalan tol yang kadang justru lebih kusut ketimbang jalan biasa. Setelah memasuki daerah jonggol, aku merasakan suhu mulai turun. Angin gunung berhembus cukup membuatku terkantuk. Hanya satu dua kendaraan yang berpapasan sepanjang jalan. Jalanan terus menanjak. Tak jarang kami melewati hutan bambu. Abang membawa motor cukup kencang. Lampu penerangan jalan tidak memadai. Untungnya masih banyak rumah di tepi jalan yang tidak pelit penerangan. Lampu kuning dari teras rumah cukup membuat kami tidak terlalu tenggelam dalam gelap. Karena abang yang menyetir, aku pun mengambil peran sebagai penunjuk jalan. Tentu saja dengan bantun google maps. Sampai di suatu pertigaan, ada papan penunjuk yang menyuruh untuk berbelok kanan. Pendakian Gunung Batu, begitu tertulis. Namun google maps menyuruh mengambil jalan lurus. Kami mengikuti maps. Sampai sudah sekitar 10 menit, abang memutar balik kendaraan.
"Loh kenapa putar balik?" tanyaku.
"Bukan ini jalanya. Harusnya tadi belok kanan." jelasnya. Aku menurut saja karena memang dia sudah pernah ke sini.
Setelah mengikuti papan petunjuk, tak jauh ada pertigaan. Kiri motor, kanan mobil. Jalanan kian menjadi. Tanah merah yang berusaha ditutupi batuan asal pecah. Aku sarankan untuk berhati-hati. Kabut turun tidak terlalu tebal. Pandangan jelas sekitar 5 m meter kedepan. Kiri kanan hutan, sudah tidak ada rumah penduduk lagi. Aku ragu kami mengambil jalan yang salah.
Dari kejauhan aku melihat temaran sinar kuning. Syukurlah, kami sudah sampai di pos 2.
Pos 2, pukul 03.50 dini hari
Pos 2. Jangan parkir motor sebarangan. Hubungi petugasAku membaca papan yang dipaku pada pohon besar. Pos 2 seperti pekarangan rumah warga. Ada 1 rumah dan bale-bale bambu. Kami memarkirkan motor di depan bale-bale. Suara motor kami ternyata membangunkan dua bapak yang sedang sedang tidur di bale. Memakai kupluk dan tergelung dalam sarung.
"Permisi pak, parkir motor bisa disini?" tanya Abang.
"Iya parkir saja di sini. Jalurnya kesana, ikuti saja papan petunjuk." si Bapak menunjuk gapura yang berjarak sekitar 10 meter dari bale.
"Sepi ya pak? Apa karena masih terlalu pagi?" Abang bertanya lagi.
"Rame nya mah malam minggu." si Bapak masih mengantuk.
"Numpang duduk di sini ya pak." jawab si Abang sambil mengajakku duduk di bale.
Bale nya cukup luas dan terbuka. Aku merapatkan jaket, angin cukup kencang dan dingin.
"Kita mau naik sekarang apa nanti jam5 aja?" tanyaku tidak sabar.
"Masih terlalu gelap. Nanti saja nunggu terang." katanya sambil meluruskan kaki.
"Kan bisa pake headlamp. Supaya bisa liat sunrise di atas." aku benar-benar tidak sabar.
"Sebentar lagi ya. Nunggu terang sedikit." aku memutuskan untuk tidur menggelung seperti kedua bapak penjaga yang sudah kembali terlelap.
Pukul 5 lewat aku mendengar suara adzan subuh. Aku terbangun. Langit sudah mulai terang. Suara dengkur si Abang membuatku kembali meluruskan kaki. Tiga puluh menit lagi saja.
Memulai pendakian, pukul 05.30
Setelah berpamitan dengan bapak di pos 2, kami memulai jalan kaki. Jalurnya cukup jelas. Kami banyak memotong lewat dalam hutan. Kalau kau ragu lewat dalam hutan, ikuti saja jalan bebatuan yang terbuka lebar. Oh ya untuk biaya pendakian, kami dipatok Rp 15,000 per orang di pos 2.
Jalur dari Pos 2 |
pukul 05.39 matahari sudah meninggi |
Selepas camp site jalur mulai menantang, Batuan yang lumayan curam dan cukup tinggi menunggumu di depan. Pihak pengelola sudah memasang tali sebagai alat bantu memanjat batu. Tenang saja, tali dipasak begitu kuat ke batu jadi cukup kuat untuk ditarik.
Curam |
Jalan setapak sampai puncak |
Puncak Gunung Batu, pukul 06.15
Jajaran gunung di Bogor |
Geng sipit karena silau |
uwuwuwuwuu
ReplyDelete