City Boy dan Bibik Tukang Sayur
Setelah hati saya dipatahkan sekitar 3 bulan lalu, saya mencoba dating apps yang sedang booming.
Berkenalanlah saya dengan seorang laki-laki namanya W. W bukan laki-laki sembarangan, dia laki-laki ibu kota mutlak. Hobi hengot dan bergaya hidup ala ibu kota. Ibu kota belahan mana saya juga tidak tahu. Oke belum-belum saya sudah mulai mengejek.
Setelah berbasa-basi cukup lama saya pun bertanya, "Hobi kamu apa?"
W yang ala anak muda ibu kota menjawab, "Menikmati bir dan kopi."
"Wow anak gaul Jakarta ya kamu." sebenarnya saya agak mengejek, bukan bermaksud memuji.
"Ah enggak gaul lah, cuma suka hengot aja sama teman-teman. Kalau hobi kamu apa?" W pun malah makin besar kepala.
"Saya hobinya kristik." belakangan ini saya memang suka kristik. Kristik ampuh meredam emosi saya yang suka naik turun.
"Unik ya hobi kamu." Saya gak tahu W beneran muji atau mengejek.
"Unik kayak nenek-nenek ya?" Ini kebiasan saya, ikut mengejek diri sendiri.
"Ah kamu bisa aja." W menimpali ala kadarnya.
***
Bagi saya karir itu penting, terlebih kalau dia memang menjadi calon bapaknya anak-anak saya. Saya pun mulai penasaran dengan pekerjaan W.
"Kamu sibuk apa sekarang?" saya mencoba sopan, Siapa tahu dia sedang nganggur lalu sedih kalau langsung ditanya kerja apa.
"Aku kerja e-commerce gitu." Jujur saya agak kampungan, saya gak gitu tahu e-commerce itu apa, lalu saya googling.
"E-commerce itu apa ya?" saya pun akhirnya tanya.
"E-commerce itu blablabla...." W menjelaskan panjang lebar.
Setelah W nampaknya capek menjelaskan, dia pun tanya saya kerja apa.
Saya pun menjawab, "Saya tukang obat di Cikarang."
Jujur saya puas dengan respon dia saat itu. Diam agak lama, mungkin dia sudah merasa saya bukan dari kelasnya.
Jujur saya puas dengan respon dia saat itu. Diam agak lama, mungkin dia sudah merasa saya bukan dari kelasnya.
Saya pun semakin berniat mengerjai dia.
"Maksudnya kamu kerja di pharmaceutical industry?" W kalau bicara memang campur-campur bahasa Inggris dan Indonesia.
"Ya betul." Saya menganggukan kepala.
"Bagian apa nya?"
"Bagian yang bikin obat di pabrik. Jadi saya semacam buruh pabrik." Saya nahan ketawa.
"Ah bercanda kamu." W hanya bisa menimpali seperti itu. Mungkin dia kaget.
***
"Ya betul." Saya menganggukan kepala.
"Bagian apa nya?"
"Bagian yang bikin obat di pabrik. Jadi saya semacam buruh pabrik." Saya nahan ketawa.
"Ah bercanda kamu." W hanya bisa menimpali seperti itu. Mungkin dia kaget.
***
Sepulang kerja kami pun bertukar pesan menanyai kabar masing-masing. Saat itu sudah jam 9 malam, saya baru sampai kosan dan bersiap masak makan malam. Ternyata ada pesan singkat dari W.
W: how's ur day going, missy?
Saya : ya gitu-gitu aja. Ini baru sampai kosan. km?
W : lagi ngopi-ngopi dulu nih sama tmn.
Saya : wih asik ya kerja di jkt bs ngopi2 plg krj.
W : iya asik dong, tp uangku jg jd cpt habis, haha
Saya : uangku jg cpt habis tp buat belanja sayur sama buah doang.
Saya ketawa-ketawa sendiri di kamar kosan. Rasanya puas gitu.
Dan saya bisa maklum W gak pernah lagi chat saya apalagi ngajak pergi bareng.
Maakkkk. Beli obat maakkk..
ReplyDelete