The Prince Charming, The Heartbreaker, dan The Unexpected

Dua hari lalu saya membaca artikel yang menarik, menurut pendapat si penulis kita hanya akan mencintai 3 orang dalam hidup kita. Saya terus membaca sampai akhir artikel ini. Saya menemukan kemiripan pola pikir antara saya sendiri dan si penulis tapi tidak sepenuhnya sama. Bagi saya, kita akan mencintai tiga jenis orang dalam hidup bukan tiga orang.  Tiap jenisnya bisa saja lebih dari satu orang. Jenis yang saya maksud lebih mirip seperti tingkatan. Jika satu jenis selesai, maka kita akan ke jenis selanjutnya. Pada intinya saya menemukan kita bisa "naik jenis" jika sudah selesai belajar di tahap tersebut. Bisa dikatakan ini mirip permainan yang punya level kesulitan yang semakin meningkat.

Jenis 1 : the prince charming
Jenis yang ini adalah orang yang kita cintai karena "kesempurnaanya". Karena dia memenuhi kriteria yang kita buat sendiri. Saya menemukan di tahap ini, ego saya masih sangat tinggi. Saya mencintai karena saya hanya melihat apa yang saya mau lihat dari dia. Saya mencintai karena saya membuat jalan cerita sendiri sesuai apa yang saya mau rasakan bukan apa yang sebenarnya terjadi. Seseorang yang saya sukai karena saya mengidolakan dia. Laki-laki itu namanya Pramana. Saya banyak menulis tentang orang ini. Laki-laki ini senior saya saat kuliah, tapi kami mengambil bidang studi yang berbeda, 
Pada jenis ini, cukup satu orang saja buat saya. Alasanya tidak rumit yaitu karena saya sudah bisa mendapat pelajaran. Saya memang tidak menemukan dia sebagai pasangan hidup saya, tapi saya menemukan kenyataan bahwa ada orang-orang yang hanya punya satu jengkal waktu dalam hidup kita. Satu jengkal saja bukan dua atau tiga karena memang sependek itu mereka mampir dalam hidup kita. Kemudia kita harus menghargai pilihan mereka untuk pergi atau lebih tepatnya menghargai keputusan semesta untuk membuat kami berdua saling menjauh.

Jenis 2 : the heartbreaker     
Iya saya tahu, istilah yang digunakan memang sedikit melankolis. Memang kenyataanya seperti itu. Seakan-akan orang jenis ini ada di hidup kita hanya untuk mematahkan hati kita. Tapi dengan suatu tujuan. 
Sampai saat saya menulis ini, sudah ada dua orang yang mendapat predikat ini. Yang pertama teman SMA saya, tentu saja maksudnya dari SMA sebelah karena saya dulu sekolah di sekolah yang siswanya perempuan semua. Namany Alfredo. Saat SMA kita hanya teman satu bimbingan belajar. Justru saat lulus kuliah, sekitar 2013 akhir, kami bertemu lagi dan cerita kami dimulai. 
Selesai Alfredo menikahi teman kuliah kami, pelajaran saya belum selesai. Saya masih harus bertemu dengan orang kedua di jenis ini. Orang kedua itu adalah kakak kelas saya saat SD. Kami bertemu lagi 13 tahun kemudian sejak kami SD, tepatnya tengah tahun ini. Tentu saja cerita dengan kedua orang ini pernah saya tuangkan dalam tulisan. Orang brengsek kedua ini namanya Adrian. 
Saya pun tidak menemukan kenyataan bahwa, baik Alfredo maupun Adrian, menjadi pasangan hidup saya. Tapi di sini, saya menemukan diri saya sendiri. Saya jauh lebih mengenal diri saya sendiri. Saya semakin tahu apa yang saya mau. Saya semakin tahu apa yang saya tidak suka. Dan saya sudah bisa melihat batasan yang jelas antara sesuatu yang bisa saya tolerir dan tidak.

Jenis 3 : the unexpected
Sesuai judulnya, orang ini sama sekali tidak pernah kita duga akan menjadi pasangan hidup. Jenis orang ini bisa muncul dari masa kecil kita atau memang orang yang baru sama sekali. Orang ini muncul seperti kejutan yang menyenangkan. Seperti anak-anak yang membuka kado di pagi hari Natal. Orang ini bisa saja sama sekali tidak memenuhi kriteria yang kita idam-idamkan, tapi dia membawa kebahagian seperti apa yang kita butuhkan.
Tentu saja ini semua menurut pendapat si penulis artikel, saya sendiri belum bertemu laki-laki dari jenis ini. Atau mungkin tahapan yang saya jalani memang belum sampai di sini. 
Mungkin masih ada satu dua pelajaran yang harus saya ambil. 

Comments

Popular Posts