Anugrah yang Terakhir


Kami lebih dari istilah teman kantor
Perkenalkan temanku, namanya Omega Agral. Aku yakin tidak hanya aku yang penasaran dengan arti namanya. Dan dia selalu menjelaskan omega itu artinya terakhir. Omega memang abjad terakhir dalam Bahasa Latin. Si Omega ini memang anak terakhir. Sementara Agral, yang tadinya aku kira nama keluarganya, teranyata artinya anugrah. Jadi arti namanya anugrah yang terakhir. Namanya bagus ya, tapi tunggu dulu. Ini orang kelakuanya sedikit ajaib.

Siapa lagi kalau bukan Omega, yang setiap kali main PS, teriakanya terdengar sampai ujung koridor. Tapi herannya dia berani menyuruh lawan mainya tidak teriak-teriak. Sungguh aneh si Omega ini. Rasanya setiap kali aku menonton mereka main PS, ingin aku rekam lalu aku kasih ke dia. Lihat, siapa yang sebenarnya paling ribut.

Omega anaknya santai kayak di pantai. Sementara aku ini kaku dan hobi mengomel. Tidak tahu lagi berapa kali aku mengomeli kemeja kerjanya yang selalu keluar-keluar urakan itu. Pernah sekali waktu saking gemasnya, aku tarik bagian ujung bawah kemejanya. Biar saja malah tambah berantakan. Aku tahu Omega kesal, tapi biar saja. Biar dia tahu kalau orang lain masih peduli.

Omega itu anak laut kurang sejati. Sukanya di laut, tapi alergi makanan laut. Ironis memang ini anak. Selama aku berteman dengan dia, bisa ditarik kesimpulan anak laut sama anak gunung lebih sering beda prinsipnya. Mungkin ini yang membuat rencana pendakian kita gagal terus. Tapi tenang, pada kenyataanya, kami berdua sama-sama penikmat alam. Kami berdua sama-sama pencinta buff. Kami berdua sama-sama selalu bisa menemukan kecintaan di alam bebas. Aku senang memiliki kesempatan berteman dengan sesama penggila alam.

Tidak jadi ke gunung? Ke laut pun jadi. Pada akhirnya kita dan hampir semua anak-anak di kelas bisa berlibur ke pantai. Berkat si Omega Laut, sang inisiator. Kali ini aku mengomel lagi, karena liburan ini hampir saja menjadi wacana. Ah, maafkan temanmu ini yang hobi mengomeli orang dan suka ambil alih. Temanmu yang satu ini memang jauh dari kata santai. Tapi aku salut, berkat Omega Laut acara jalan-jalanya jadi banyak permainan. Bahkan dia ngotot mengurus semua games nya sendirian, katanya biar aku bisa ikutan main.

Kalau Omega bisa melihat sesuatu selurus benang, aku melihat sesuatu itu sekusut jalan raya Cipulir. Pernah sekali waktu, aku ribut dengan si penguasa rumah. Mungkin aku ini memang tidak berbakat jadi artis. Maksudku ingin diam saja, tidak ingin menunjukan aku sedang marah. Tapi ya apa boleh buat, hampir semua orang menangkap aku sedang kalut. Mungkin bibirku ini sudah maju hingga batas keelastisanya. Apalagi raut wajahku yang galak seperti minta ditabok. Aku ingat, aku hanya berkata satu kalimat, "Gue lagi berantem sama orang rumah."
Si Omega ini hanya menanggapi, "Gausah terlalu dipikirin."
"Ya lu tau gue, apa-apa dipikirin." nadaku mulai ketus lagi. Tipikal orang minta ditabok.
"Tapi kadang ya Ces, mungkin lu bener juga. Gue ini orangnya terlalu santai." aku sadar ada yang aneh dengan si Omega Laut ini. Belakangan aku baru tahu, memang sedang ada yang terjadi dengan dia saat itu. Aku ingin sekali menanggapi, menjadi orang yang tidak santai itu tidak enak. Asal tahu saja, kepalaku ini sering ribut sendiri. Mungkin santai kayak di pantai adalah satu-satunya obat.

Laut sama gunung ketemuanya di pantai

Kalau kalian bilang, laki-laki dan perempuan itu tidak bisa beteman hanya sekadar berteman, kalian salah. Kami jauh dari kata baper. Meskipun dia sering berantakan, tapi kisah cinta Omega-Citra tidak berantakan. Itu sebabnya beberapa kali aku menceritakan kisah cintaku yang selalu gagal. Tanpa berkomentar banyak, dari dia, aku belajar petingnya arti kepercayaan dalam sebuah hubungan.

Dia juga banyak mengajarkan arti dari berpasarah dengan Tuhan. Di dunia ini tidak pernah hanya tersedia satu jalan. Tuhan itu benar ada. Keyakinannya berhasil menular kepadaku. Hebat kan si Omega Laut?

Ketika tahu Omega Laut akan pindah sekalian pulang ke Manado, aku ngotot sekali ingin mengobrol denganya. Jumat malam, aku ke kosan dia. Kadang, terlalu banyak bahan omongan di kepala, justru membuat mulutku bungkam. Hingga akhirnya aku akan pulang, hanya kalimat pendek yang keluar dari mulutku yang pengecut ini: "Hati-hati ya."
Dan saat selesai karokean Sabtu lalu, lagi-lagi mulutku hanya diam. Aku hanya bisa memeluk dalam diam. Hey, pelukan dari temanmu ini berarti sangat banyak. Aku berharap itu mampu menggantikan semua kata-kata penyemangat yang ada di dunia ini.    

Pesawat itu ada, gunanya untuk memotong waktu perjalanan. Menado-Jakarta tidak terlalu jauh juga. Hey Bung! Pernikahan Omega-Citra jauh lebih menarik dari indahnya pantai di Manado sana. Berikan temanmu ini alasan untuk membeli tiket Jakarta-Menado.

Notes: Temanmu ini akan ke Manado bawa pinset untuk cabut uban.
    

Comments

Popular Posts