Berlarilah dengan Semesta
Tap-tap-tap-tap
Yang aku suka dari berlari adalah mata yang akan selalu tertuju ke depan. Lurus, dengan arah yang pasti. Nafasmu terengah tapi tak mengapa itu tanda vital bahwa kamu sehat. Dalam berlari kamu tidak bisa melamun. Berlari membutuhkan konsentrasi. Aku tidak melebihkan tetapi memang begitu. Efek yang paling aku suka ialah ketika kamu berlari melawan angin. Angin itu tidak pernah nampak, aku belum sempat berkenalan denganya tapi ia begitu ramah membelai mukamu dengan halus. Anak rambutku mulai bergerak-gerak mengikuti arah semilir angin.Telingamu hanya mampu mendengar satu suara. Suara yang sudah begitu kamu kenal sejak lahir: suara detak jantungmu sendiri. Ada satu gerakan lagi yang tertangkap oleh inderamu. Dialah alasan mengapa kamu disebut berlari. Gerakan langkah kakimu yang cepat dan beritme. Tap-tap-tap-tap.
Tatapan, nafas, semilir angin, suara jantung, langkah kaki membuat melodinya masing-masing namun terdengar harmonis. Semua inderaku, yang berjumlah lima, ambil bagian penuh. Aku tidak heran mengapa berlari bisa dijadikan hobi. Bagiku, inilah aktivitas yang adil bagi semua panca indera. Ah itu cuma alasan, bukan? Ada satu hal lagi yang paling aku tunggu-tunggu. Saat berlari, hanya saat itu aku bisa tenang. Sebentar saja meninggalkan apa yang sedang terjadi. Sebentar saja suara-suara di kepalaku lenyap. Sebentar saja aku bisa tidak memikirkanmu. Semua pergi, menyisakan aku dan semesta.
Yang aku suka dari berlari adalah mata yang akan selalu tertuju ke depan. Lurus, dengan arah yang pasti. Nafasmu terengah tapi tak mengapa itu tanda vital bahwa kamu sehat. Dalam berlari kamu tidak bisa melamun. Berlari membutuhkan konsentrasi. Aku tidak melebihkan tetapi memang begitu. Efek yang paling aku suka ialah ketika kamu berlari melawan angin. Angin itu tidak pernah nampak, aku belum sempat berkenalan denganya tapi ia begitu ramah membelai mukamu dengan halus. Anak rambutku mulai bergerak-gerak mengikuti arah semilir angin.Telingamu hanya mampu mendengar satu suara. Suara yang sudah begitu kamu kenal sejak lahir: suara detak jantungmu sendiri. Ada satu gerakan lagi yang tertangkap oleh inderamu. Dialah alasan mengapa kamu disebut berlari. Gerakan langkah kakimu yang cepat dan beritme. Tap-tap-tap-tap.
Tatapan, nafas, semilir angin, suara jantung, langkah kaki membuat melodinya masing-masing namun terdengar harmonis. Semua inderaku, yang berjumlah lima, ambil bagian penuh. Aku tidak heran mengapa berlari bisa dijadikan hobi. Bagiku, inilah aktivitas yang adil bagi semua panca indera. Ah itu cuma alasan, bukan? Ada satu hal lagi yang paling aku tunggu-tunggu. Saat berlari, hanya saat itu aku bisa tenang. Sebentar saja meninggalkan apa yang sedang terjadi. Sebentar saja suara-suara di kepalaku lenyap. Sebentar saja aku bisa tidak memikirkanmu. Semua pergi, menyisakan aku dan semesta.
Comments
Post a Comment