Jangan m*ti dulu
Masih ingat buku Angels & Demons yang dulu sempat marak? Aku mempercayai bahwa segala sesuatu diciptakan sepasang. Keduanya yang saling berbeda 180 derajat. Materi dan antimateri, langit dan bumi, darat dan laut, siang dan malam. Saat kuliah lapangan dulu, kami pernah diberi tahu tentang tumbuhan yang beracun di bagian daunnya. Namanya Pulus. Sembari menerangkan, senior saya mengambil sehelai daun lalu meremas2 hingga getah keluar.
“Siapa yang mau jadi bahan uji coba?” katanya sambil terkekeh.
Aku mengacungkan jari, “Saya kak.” Ya memang aku ini agak-agak.
Dia melumurkan remasan daun tadi ke tanganku. Dalam hitungan menit, rasa kebas merayap di tanganku.
Aku cuma bilang “Yah kak, tangan saya kayak gak ada tangan.” Seniorku tersenyum simpul sembari mengambil daun dari tanaman yang tumbuh tepat di sebelah Pulus. Sebelah persis. Bepasangan mereka ini kelihatanya.
“Nah jangan takut, kalau ada racun pasti ada penawarnya. Dan biasanya di alam tersedia berdampingan seperti ini.”
Dia kembali meremas-remas daun tadi lalu melumurkan ke tanganku.
“Sudah ada lagi tangannya kah?”
Aku cuma cengengesan, “Siap sudah ada kak.”
Seminggu lalu kebetulan sekali (sepertinya bukan kebetulan), aku kembali dihadapkan pada ujian yang sama. Ujian yang bernama kepercayaan pada kuasa Yang Di Atas. Sebut saja kuasa semesta , jika memang konsep Tuhan masih terasa asing bagimu. Banyak orang putus harapan ketika tahu mereka mengidap penyakit yang belum ada obatnya, ataupun sudah ada tapi harganya seperti hmm ingin gila saja. Aku cuma mau bilang, jangan nyerah dulu. Beneran, jangan sekarang. Kamu lihat sudah sejauh mana badanmu bertahan, melawan, kadang lelah menyerah lalu bertahan lagi. Kalau Yang Di Atas masih kasih kamu hidup, jalani saja dulu. Aku paham ini adalah masa-masa sulit untuk berbahagia bagimu. Namun, aku punya keyakinan semua pasti ada obatnya. Pasti. Hanya mungkin belum ditemukan saja. Sayangnya disini lah letak ujianya.
Aku menulis ini dari sudut pandang seorang pasien yang kebetulan punya latar belakang di dunia riset medis. Percayalah, suatu waktu nanti obatmu akan ditemukan. Jika memang keberuntungan belum berpihak kepadamu, aku yakin klinisi dengan segala usaha akan mencarikan jalan untuk meredakan gejalamu. Tentunya supaya badanmu tidak kesakitan.
Mungkin kamu akan beragumen, ah, ini hanya ulah elit politik. Silahkan saja. Tapi ingatlah, masih banyak orang-orang diluar sana yang dengan tulus mendedikasikan dirinya untuk kemajuan ilmu pengobatan. Masih banyak tenaga medis yang merawat pasiennya dari hati. Jadi tolong, jangan nyerah dulu!
Comments
Post a Comment