Day 24

 Sudah 24 hari lamanya sejak Abang memutuskan untuk tidak mau lagi bertemu denganku. Rasa sedih, marah, kecewa semuanya masih utuh seperti hari pertama. Aku seperti mengais-ngais kebenaran. Ini sebenarnya ada apa? Karena penyakit ku Abang pergi? Abang bilang sejak tahu aku sakit, dia tidak bisa tidur. Itu sudah 1.5 bulan lamanya. Aku tahu mungkin ada beberapa bersit di hati kecilnya rasa jijik, kecewa, marah yang sudah tidak bisa dia tolerir. Aku sampai membuat skenario di kepala, kurang lebih begini yang Abang rasakan :

1. Orang lain yang menanam penyakit itu kenapa harus aku yang menanggung seumur hidup?

2. Karirku akan hancur berantakan jika waktuku terus tersita untuk mengantarnya berobat.

3. Aku bisa tertular penyakit mematikan itu, dan itu sulit dihindari jika aku menikahinya.

4. Keinginan mamaku untuk punya cucu akan sirna karena dengan dia aku akan sulit punya keturunan kandung. 

Hanya sebatas itu otak ku bisa berkhayal. Bang kenapa kamu semudah itu merubah dari sayang menjadi membenci? Aku yakin 5 tahun kita bersama-sama kamu tulus sayang tapi kenapa bang hanya dalam sebulan semua itu berubah? Benarkah sudah tidak ada secuilpun perasaan sayang? Bang, tidka seharipun aku bisa tidak menangis. Aku belum sempat minta maaf kalau aku menyakitimu selama 5 tahun kita bersama. Bang setahun aku sudah sakit-sakitan begini tapi kamu terus setia terus benar-benar berusaha supaya aku sembuh. Kamu bilang kamu berdoa rosario setiap hari supaya aku disembuhkan. Bang mengetahui aku sakit apa adalah bagian dari penyembuhanku. Kenapa kamu malah pergi bang ketika doamu sendiri dijawab? 

 Bang kenapa kamu pergi dalam diam? Apa aku tidak berhak untuk penjelasan?

 

Comments

Popular Posts