November 2020
Saat itu kami memutuskan untuk liburan ke Sukabumi. Kami memilih naik motor dari Cikarang ke Sukabumi. Hari tidak terlalu pagi, tukang sayur sudah ramai digandrungi Ibu-Ibu komplek. Sekitar jam 6.30 pagi kami baru beranjak pergi. Jalanan macet hingga keluar dari daerah Cikarang. Sekitar jam 8.30 pagi kami sudah berada di perempatan besar antara Sukabumi dan Cibodas. Kamipun memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu. Warung nasi padang pun menjadi pilihan pagi itu. Bukan bermaksud ingin menyakiti perut kami, tapi memang sepemandangan kami baru warung ini yang buka.
Bekerja secara daring, terkadang membuat rekan kerjamu lupa kami sedang mengambil cuti. Baik saya dan Abang, kami larut dengan pekerjaan masing-masing. Untungnya sinyal masih sangat bagus. Sekitar jam 11 kami baru melanjutkan perjalanan ke Sukabumi.
Pemadangan sepanjang jalan luar biasa cantik. Berbaris-baris bukit dan bahkan kamu bisa melihat Pangrango dengan jernih siang itu. Hawa dingin mulai terasa, kami sampai di Kota Sukabumi sekitar jam 1 siang. Tujuan pertama kami adalah Situ Gunung. Kami memtuskan untuk membeli makanan saat masih di kota, lalu berniat menyantap di Situ Gunung. Takutnya kalau-kalau belum banyak tempat makan yang buka di sana. Setelah membungkus makanan, kamipun melanjutkan perjalanan.
Kami kesasar berkat Google Map. Dari jalan besar kami mengambil belokan ke kiri. Jalanan semakin sempit. Aspal lama kelamaan sudah berubah menjadi tanah merah. Kami bertanya pada warga sekitar. "Pak maaf nanya jalan ke Situ Gunung lewat mana ya?" Herannya dari 3 penduduk yang kami tanya, tidak satupun yang tahu apa itu Situ Gunung. Kami pun memutuskan kembali ke jalan besar.
Untungnya kami menemukan pangkalan ojek setelah kembali ke jalan besar. Mereka pun segera memberi tunjuk arah. Wah ternyata semudah tinggal lurus saja mengikuti jalan besar beraspal. Saya jadi berpikir mungkin memang jalan beraspal ini dibangun untuk mempermudah wisatawan menuju Situ Gunung.
Tidak jauh dari gerbang utama, kamu akan langsung menemukan loket. Kami baru tahu ternyata ada tiket untuk area Situ Gunung dan ada tiket terpisah untuk Suspension Bridge.
|
Situ Gunung |
Dari loket masuk, kamu akan diarahkan ke kiri lalu susuri saja jalanan sampai menemukan tempat parkir. Semua kendaraan harus diparkirkan disana, tidak boleh sampai tepi danau. Hal ini menjadi ruang bagi ojek mencari nafkah. Jalannya tidak jauh, tidak ada 1 kilometer. Dari tempat parkir terus turun hingga kamu menemukan danau.
Kami pun memakan bekal di pinggir danau. Karena hari itu hari biasa, tidak tampak banyak wisatawan. Kami tidak lama berfoto lalu harus kembali ke atas. Karena lagi-lagi soal pekerjaan. Di area danau, sinyal sama sekali tidak ada.
Tidak jauh dari loket, kamu bisa bersantap cantik di cafe dengan konsep semi outdoor dilengkapi fasilitas free wifi. Sekitar jam 2.30 sore, kami memutuskan ke Suspension Bridge. Jangan terlalu sore, Suspension Bridge tutup jam 4 sore.
Ternyata ada 3 jenis tiket. Tiket dibagi berdasarkan bagaimana kamu sampai ke Suspension Bridge dan makanan yang akan disuguhkan di tengah jalan. Tentu saja kami mengambil tiket paling murah, seharga Rp 50.000/orang. Kami berjalan kaki hingga jembatan. Snack yang disuguhkan lumayan juga, singkong bakar dan segelas teh manis. Jika kamu mengambil tiket paling mahal, kamu akan diantarkan dengan mobil. Makanan yang disuguhkan pun makanan berat prasmanan.
Sampai di mulut jembatan gantung, kamu diwajibkan menggunakan body harness sebagai pengaman.
|
Suspension Bridge-Sukabumi |
Kami tidak berlama-lama di sini karena kabut semakin tebal. Kami pun memutuskan langsung balik ke kota Sukabumi. Saatnya wisata kuliner!
|
Bubur Ayam Bu Nut |
Paling seru blusukan di Pasar untuk wisata kuliner. Tentu saja kami mencicipi bubur ayam Bu Nut, bakmi Goreng khas Sukabumi, Bandros, Mochi kekinian Kaswari Lampion.
|
Bandros |
|
Mochi Lampion |
|
Mochi Lampion |
Mochi Lampion ini memang yang paling terkenal, dan sekarang toko berinovasi membuat isian yang lebih bervariasi, seperti green tea, red velvet, dll. Perut kami rasanya sudah penuh tapi masih ingin mencicipi ini dan itu. Terpikirkan mencari daerah Pecinan di Sukabumi. Ternyata tidak jauh dari pasar, ada berbagai macam tempat makan non halal. Incaran kami adalah mi babi Embun Pagi. Sayangnya bakmi ini sudah habis terjual saat kami kesana. Mungkin seperti namanya, kamu harus mengantre bersamaan dengan embun pagi muncul.
Selanjutnya kami pun mencari Soto Mie Agih asli Sukabumi.
"Aku kayak gak asing sama nama Soto Mie Agih." kata Abang.
"Ho ya? Pernah makan dimana kali kamu?" jawabku sembari sibuk rute mencari di google maps.
"Kita kan pernah makan di Bogor!" kami berseru hal yang serupa.
Akhirnya kami pun memilih untuk pulang.
Comments
Post a Comment