Menghidupkan Kembali Pawon Eyang - Menjajal Resep Rawon ala Yummy App

Kerinduan kami setiap pulang ke Magelang, rasanya belum terbayar kalau belum mencicipi masakan yang dulu Eyang Putri sering hidangkan.

***

Sinar matahari pagi menerobos celah jendela yang mulai melapuk. Aku terbangun, silau terkena sinar matahari yang mulai meninggi. Aku memejamkan mata kembali, mencoba berguling memiringkan badan menghadap tembok, berusaha menghindari silau. Aroma kain tua dari sarung bantal tercium begitu pekat. Memang sudah lama rumah Eyang tidak disinggahi anak cucunya.

Kasur kapuk yang terasa lembab kututup dengan sprei dari lemari semalam. Lemari yang begitu besarnya hingga bisa memuat tiga orang dewasa sekaligus. Aku ingat dulu saat kecil, setiap kali berkunjung kesini Ibu selalu menakutiku, Si Kantong Coklat akan muncul dari dalam lemari dan menculik anak-anak kecil yang tidak lekas tidur. Aku sendiri membayangkan Si Kantong Coklat seperti sosok kakek membawa kantong besar berwarna coklat, lalu memasukanku ke kantongnya. Mungkin aku akan direbus seperti di film Hansel and Gretel, dijadikan makanan Si Kantong Coklat.

"Adeekkkk, ayo makan dulu. Ibu belikan lotek dan cenil nih dari pasar," teriak Ibuku.

Lotek makanan khas sini semacam gado-gado tapi sayuranya mentah. Cenil sendiri cemilan kegemaranku. Cenil dibungkus daun pisang, warnanya pink hingga putih, rasanya kenyal dan tawar. Biasanya disuguhi dengan taburan kelapa parut dan gula pasir. Dua makanan ini yang paling aku tunggu-tunggu setiap pulang ke rumah Eyang.

"Iyaaa, Bu," jawabku sambil membuka lebar jendela kamar. Bau tahi ayam langsung menyeruak. Kamar yang kutempati berdekatan dengan kandang ayam. Aku berjalan malas-malasan ke arah ruang makan yang bersebelahan dengan dapur.

Rumah eyangku tidak banyak berubah sejak dulu, terlebih bagian dapur atau biasa disebut pawon. Dandang dan wajan yang dipakai besar-besar, digantung di dinding. Maklum Eyangku ini anaknya 16. Tidak heran sekali masak langsung banyak. Lantainya masih tanah merah. Dinding pawon sudah kehitaman terkena kepulan asap hasil pembakaran kayu bertahun-tahun. Sampai aku TK, di sini masih menggunakan tungku untuk memasak. Dulu kayu bakar masih banyak yang menjual di pasar. Kompor gas terpampang canggung di sudut pawon, bersebelahan dengan tungku-tungku yang sudah mulai berdebu.

"Mau makan siang apa , Dek?" tanya Ibuku sembari membuka daun pisang pembungkus cenil.
Tanpa berpikir lama aku menjawab, "Rawon! Aku ingin sekali makan rawon."

Aku sudah mengidam-idamkan rawon khas Eyang putriku bahkan sejak kunjungan ini masih rencana.   Legit rasanya tapi gurih juga.

"Hmm rawon ya, tapi Ibu tidak tahu bumbunya apa saja," gumam Ibuku ragu.
Ibu berjalan ke arah ruang tengah, membuka lemari buku. Ia mencari buku resep yang ditulis tangan oleh almarhun Eyang Putriku.

"Gak nemu, Dik," ucap ibuku sambil menepuk-nepuk tangan ke dasternya, berusaha membersihkan debu yang menempel. Sayangnya yang tersimpan di sana hanya setumpuk majalah lama.

Aha! Kenapa tidak melihat resep di Yummy app saja!
"Bu kita lihat dari aplikasi resep masakan saja,"seruku dari dapur.

Tampilan Yummy App di App Store

Aku memunjukan aplikasi tersebut ke Ibu. Mudah sekali menggunakanya, kita bisa mengetik nama masakan yang kita cari di kolom "Cari Resep dan Chef Yummy". Banyak sekali resep masakan Indonesia yang ada di sini. Setelah itu berbagai resep masakan yang berhubungan akan muncul. Kita juga bisa memindai resep berdasarkan nama Chef yang membuat. Banyak Chef terkenal yang menuliskan resepnya di sini.

"Kita mau ikutin yang mana, Bu?' tanyaku sambil menggulirkan layar telpon genggam.

Tidak ada resep bingung, banyak resep pun bingung. Untungnya di Yummy app ada tombol Filter Resep. Fitur ini memudahkan sekali untuk pemula yang belum pandai menakar bumbu sesuai porsi. Saat kita klik tombol Filter Resep, kita bisa memilah resep berdasarkan harga, durasi memasak, dan porsi.

Tombol Filter Resep Guna Membantu Memilah Resep

"Seru ya, cara membuatnya ada gambarnya gini," kata Ibuku seru melihat gambar setiap langkah memasak.

Langkah Memasak yang Dilengkapi dengan Gambar

"Yuk Dik kita ke pasar beli bahan-bahan," ajak Ibuku sambil melipat kertas berisi salinan bumbu dan bahan yang dibutuhkan. Jangan ditanya, setiap kali pulang ke Magelang, pasar memiliki magnet tersendiri untuk keluarga kami. Dalam sehari kami bisa dua kali ke pasar. Selain bersih, semua kegiatan jual beli terpusat di sana.

"Eh ya sekalian kita carikan kado untuk bayi nya Mbak Eni," ajak Ibu. Mbak Eni dan suaminya adalah tetangga dekat sini yang diminta tinggal di rumah Eyang sejak beliau meninggal. Anak cucu eyang semuanya merantau, termasuk ibuku.

Setelah mendapatkan semua bahan dan bumbu, kami pulang ke rumah Eyang. Daging sapi, kecambah, keluwak, dan bumbu dapur sudah ada di tentengan belanja kami.

***

Siang itu aku dan Ibu sibuk di pawon. Mencari alat masak almarhun Eyang Putri yang sudah tersimpan lama, seperti berburu harta karun. Tidak kerasa sudah menjelang pukul 2 siang, perut kami sudah keroncongan. Kakak, adik, dan ayahku juga sudah bolak-balik bertanya ke pawon, apakah masakan sudah siap. Akhirnya jadi juga rawon daging ala Yummy app yang sudah kita modifikasi.

Bahan Dasar:
1/2 kg daging sapi
1 batang daun sereh
5 lembar daun jeruk
Garam secukupnya
Gula pasir 
Bumbu yang dihaluskan :
6 biji bawang merah
3 biji bawang putih
1 ruas kunyit
1-2 cm jahe
2 butir kemiri
1 sdt ketumbar
2 buah keluwak
Merica sesuai selera 
Pelengkap:
Tauge mentah
Kerupuk
Sambal
***

Menghidupkan kembali pawon Eyang, rasanya seperti kembali ke masa dulu aku masih TK. Untung ada yummy app yang membantu memberikan resep komplit dengan cara memasak, rasa kangen sudah terobati dengan hadirnya rawon yang menjadi santap siang kami. Meskipun belum seenak masakan Eyang Putriku, bisa dibilang masakan ini lumayan sekali.


Comments

Popular Posts