Nanah di Jari Tengahku
"Ibu ini kenapa ya jari tengahku? Sakit kalau dipegang." aku menunjukkan gelembung kecil di sisi kiri jari tengahku.Aku melihat ada warna kehitaman di bawah kulit, di bagian yang menggelembung itu.
"Lah awalnya kenapa bisa begitu?" ibuku menurunkan koran nya lalu melirik ke arahku.
"Kemasukan kayu, tapi udah dikeluarin sama dokter di kantor dua hari lalu. Eh gatau nih sekarang malah gembung begini. Kayunya masih nyisa kali ya bu di dalam kulit." aku masih memarekan lukaku ke ibu.
"Ya, besok ya dik ibu lihat. Kalau udah malam begini mata ibu gak awas."
***
Minggu pagi seperti biasa Ibu dan Bapak sibuk memasak di dapur. Aku bosan. Akhirnya kuambil jarum jahit dari laci penyimpanan milik ibu.
Akan kucoba keluarkan si keparat ini dari jariku. pikirku kesal.
"Pakkk aku pinjam korek ya." teriakku dari teras depan rumah.
Aku membakar ujung jarum lalu membiarkannya dingin berharap dia sudah cukup bersih sekarang. Aku mulai menusuk-nusuk jariku sendiri. Lumayan dalam ternyata letak benda kehitaman itu. Perlahan aku membuka satu persatu lapisan kulit diatasnya. Eh dalam juga ya ternyata.
Sampai akhirnya aku menemukan benda kehitaman itu. Ih ini mah bukan kayu.
"Buuuuuu kayunya udah gak ada. Aku udah liat." ujarku sok tahu.
"Sebentar dek. Ibu masih masak."
"Iyaaa Bu."
Aku masih berkutat dengan gembung di jariku. Kayunya sudah tidak ada kenapa masih terasa sakit ya.
"Ambil pinset dek." ibu menghampiriku di teras.
Segera aku ambil ke dalam dan duduk di samping Ibu. Ibu mulai melihat lihat gembung itu.
AAAAKKKK! aku spontan berteriak ketika ibu menekan bagian gembungnya.
"Sebentar ibu ambil jarum."
"Aku punya jarum jahit bu, sudah kubakar."
"Bukan. Jarum suntik. Ibu punya." ibuku dulunya bidan tak heran beberapa peralatan medis masih banyak di rumahku.
Benar saja ketika ibu menusuk jarum ke gembung itu, nanah keluar begitu saja. Seperti biasa aku menjerit, bukan karena sakit sekali tapi karena takut. Hahaha
"Ibu coba pencet lagi ya. Biar bersih." ibuku sudah tahu aku. Dia tahu aku masih bisa menahan sakit. teriakkan tidak membuatnya berhenti hahaha.
"Iya Bu." Hahaha keluarkan semua keparat yang menumpang hidup di jariku.
***
Kejadian pagi ini membuatku sedikit berpikir dengan hidupku belakangan. Luka yang dibiarkan lama tanpa diobati ternyata belum tentu sembuh. Malahan bernanah. Mengeluarkan nanahnya sakit sekali. Tapi harus kalau tidak makin parah. Dan dibutuhkan orang-orang seperti ibuku yang memang tahu dan berani.
Aku sungguh berterima kasih untuk dia yang dengan rela hati bersama-sama mencari "luka" ku. Selalu mengajak untuk sembuh. Tidak peduli berapa kali aku menangis karena lelah, dia selalu bilang ayo ceritakan semuanya, bareng-bareng kita angkat beban kamu ya.
"Lah awalnya kenapa bisa begitu?" ibuku menurunkan koran nya lalu melirik ke arahku.
"Kemasukan kayu, tapi udah dikeluarin sama dokter di kantor dua hari lalu. Eh gatau nih sekarang malah gembung begini. Kayunya masih nyisa kali ya bu di dalam kulit." aku masih memarekan lukaku ke ibu.
"Ya, besok ya dik ibu lihat. Kalau udah malam begini mata ibu gak awas."
***
Minggu pagi seperti biasa Ibu dan Bapak sibuk memasak di dapur. Aku bosan. Akhirnya kuambil jarum jahit dari laci penyimpanan milik ibu.
Akan kucoba keluarkan si keparat ini dari jariku. pikirku kesal.
"Pakkk aku pinjam korek ya." teriakku dari teras depan rumah.
Aku membakar ujung jarum lalu membiarkannya dingin berharap dia sudah cukup bersih sekarang. Aku mulai menusuk-nusuk jariku sendiri. Lumayan dalam ternyata letak benda kehitaman itu. Perlahan aku membuka satu persatu lapisan kulit diatasnya. Eh dalam juga ya ternyata.
Sampai akhirnya aku menemukan benda kehitaman itu. Ih ini mah bukan kayu.
"Buuuuuu kayunya udah gak ada. Aku udah liat." ujarku sok tahu.
"Sebentar dek. Ibu masih masak."
"Iyaaa Bu."
Aku masih berkutat dengan gembung di jariku. Kayunya sudah tidak ada kenapa masih terasa sakit ya.
"Ambil pinset dek." ibu menghampiriku di teras.
Segera aku ambil ke dalam dan duduk di samping Ibu. Ibu mulai melihat lihat gembung itu.
AAAAKKKK! aku spontan berteriak ketika ibu menekan bagian gembungnya.
"Sebentar ibu ambil jarum."
"Aku punya jarum jahit bu, sudah kubakar."
"Bukan. Jarum suntik. Ibu punya." ibuku dulunya bidan tak heran beberapa peralatan medis masih banyak di rumahku.
Benar saja ketika ibu menusuk jarum ke gembung itu, nanah keluar begitu saja. Seperti biasa aku menjerit, bukan karena sakit sekali tapi karena takut. Hahaha
"Ibu coba pencet lagi ya. Biar bersih." ibuku sudah tahu aku. Dia tahu aku masih bisa menahan sakit. teriakkan tidak membuatnya berhenti hahaha.
"Iya Bu." Hahaha keluarkan semua keparat yang menumpang hidup di jariku.
***
Kejadian pagi ini membuatku sedikit berpikir dengan hidupku belakangan. Luka yang dibiarkan lama tanpa diobati ternyata belum tentu sembuh. Malahan bernanah. Mengeluarkan nanahnya sakit sekali. Tapi harus kalau tidak makin parah. Dan dibutuhkan orang-orang seperti ibuku yang memang tahu dan berani.
Aku sungguh berterima kasih untuk dia yang dengan rela hati bersama-sama mencari "luka" ku. Selalu mengajak untuk sembuh. Tidak peduli berapa kali aku menangis karena lelah, dia selalu bilang ayo ceritakan semuanya, bareng-bareng kita angkat beban kamu ya.
Comments
Post a Comment