Keheningan

Ada satu kalimat dari seorang teman yang begitu mempengaruhi hidup saya empat hari belakangan ini. "Kamu doa minta keheningan."
Sebuah kalimat perintah yg jelas saya tidak paham maksudnya apa diawal.
"Orang banyak mendoakan saya supaya diberi kekuatan atau kesabaran atau keduanya. Jadi saya juga doa minta itu."
Saya ingat betul dia menganggapi, "Emangnya kamu mau jadi power puff girl, minta kekuatan? Emangnya kamu mau jadi guru, minta kesabaran?"
Waktu itu saya hanya tertawa menanggapi omonganya, tidak begitu paham kalau ternyata benar yang saya butuhkan saat ini memang hanya hening. Iya sesederhana itu. Sesederhana hanya diam beberapa saat tanpa berpikir apapun, hanya merasakan keberadaan tubuhmu, hanya merasakan setiap sistem yang bekerja di tubuhmu. Tapi nyatanya sulit pertama-kedua kalinya saya mencoba. Bahkan saya takut awalnya untuk memulai sesi hening ini. Nyatanya dini hari ini saya baru bisa benar-benar mendapatkan keheningan itu.

Ditinggal orang yang kamu cintai dan kamu kira mencintaimu selama ini, bukan hal yang mudah. Menyadari 4 bulan hidupmu ternyata kamu hanya ditipu mentah-mentah. Saya yakin ini bukan hal yang mudah buat siapapun. Terlepas dari kebiasaan saya yang suka mendramatisir keadaan, memori demi memori seperti tidak sabaran berputar di kepala. Tapi apa gunanya memori itu jika hanya mendatangkan kesedihan? Hanya mengguncangmu lagi dan lagi. Kamu tidak akan bergerak kemana-mana.

"Kamu tahu, ini seperti gelas berisi campuran pasir dan air. Dia menjadi begitu keruh karena terguncang terus dan terus. Kalau saja gelas itu diam sejenak, lama-lama pasir akan mengendap. Setelah itu kamu baru mulai bisa melihat jernihnya air."
Thank you Pal for telling me this secret.

Comments

Popular Posts