Sayu Seketika

(miriadna.com)

Hujan adalah romantisme yang tidak pernah pudar. Tidak pernah tercium seperti bau parfum murahan. Sedikit cemas, aku sedang menunggu malam jatuh. Berharap malam ini kita bisa kembali duduk berdua. Tapi hatiku kembali merasa malu. Berpikir aku tidak akan mampu masuk disela-sela waktumu.

Malu-malu aku menatap hujan. Mengapa ia bisa begitu teduh turun dan menjadi basah? Sementara aku basah kuyub oleh nada kecemasan. Begitu banyak rindu yang ingin aku katakan di ujung malam ini. Tapi kamu hanya berlalu dan mataku menjadi sayu seketika. Memahami bahwa aku jauh dari kata pantas untuk ada di sisimu. Malam pun menjemput pagi yang dingin.

Butuh jeda yang cukup panjang untuk mengerti bahwa kau sedang dalam pangkuan. Berharap, mungkin nanti sudah tidak banyak lagi rindunya. Rindu yang tanpa aku sadar sudah menciptakan asmara. Ah, biarlah ini hanya menjadi kisah penghantar tidur untuk anak gadisku nanti.

(12/12/15)

Comments

Popular Posts