Cerita yang Panjang


 Kadang aku suka berpikir bagaimana ya kalau nanti kita punya anak? Sudah pasti sipit seperti kamu tapi rambutnya keriting seperti aku. Satu lagi, pasti berkulit gelap sepertiku ya? Kulit hitam kan dominan. Ya mungkin nanti anak kita jadinya Hitachi: Hitam tapi China. Dan kita cuma bisa tertawa, entah mentertawakan siapa. Karena aku lagi ketangihan reality show The Return of Superman, aku membayangkan punya anak laki-laki sehat sipit, putih, dan berambut luru macam kamu tapi versi mini. Hahahahaaa....pasti lucu karena banyak orang akan bertanya kepadaku, "Anaknya, Bu?" Lagi-lagi kami tertawa. Entah mentertawakan siapa, pokoknya bagi kami berdua itu lucu.

Kembali ke lima bulan lalu. Setiap Sabtu kami berdua mengambil kursus bahasa Inggris di Depok, di kampus kita dulu. Aku dan Alfred memang sekampus dulu, tapi beda jurusan. Jadi kami jarang sekali bertemu, itupun hanya di awal-awal kami kuliah. Adaikan bertemu itupun hanya berpapasan di jalan. Sebenarnya kami berdua sudah saling kenal sejak SMA. Aku sekolah di sekolah perempuan semua di daerah Pasar Baru. Alfred bersekolah di sekolah yang muridnya laki-laki semua di kawasan Menteng. Awalnya kami berkenalan di hmm...bimbel favorit semua anak SMA jaman kami dulu.

Sabtu itu, kamu memanggil mungkin karena kaget melihatku lagi sejak..hmm mungkin tingkat satu. Dan kamu berpikir kenapa banyak sekali yang berubah? Alfred memandangku bukan sebagai anak cupu gila belajar yang dia kenal waktu SMA dulu. Penampilanku berubah. Aku sudah jauhh lebih merawat rambutku. Aku ketagihan memakai alat yang namanya catok rambut.  Dan sejak bekerja aku mulai ketagihan pakai make-up. Ya..aku suka menggambar alis dan mempertegas garis mataku. Lipstiku pun ungu tapi tidak norak. Beda jauh dengan jaman SMA saat aku tidak memakai pemulas bibir sedikit pun sehingga bibirku kering mirip tanah retak di musim kemarau. Dan aku melihat Alfred...hmmm tidak ada yang berubah. Santai. Hanya memakai kaos hitam dan celana panjang jeans. Tidak ada yang berubah.

Siang itu berlanjut dengan keluh kesal di kantor. Buat lulusan baru, pasti banyak kaget di awal-awal bekerja. Ini sama-sama pekerjaan pertama kami. Kami pun bertukar nomor. Kebetulan di kantorku sedang membutuhkan marketer dan di kantor dia sedang membutuhkan engineer. Kami pun saling bertukar cv dan melanjutkan ke hrd kantor kami masing-masing. Singkatnya, kami berencana bertukar kantor. Hahaa.

Hingga akhirnya awal Januari, Alfred mulai kerja di kantorku. Dan aku resmi resign. Sayangnya di kantor Alfred yang lama, proses rekrutmenya panjang sekali. Jadilah sudah hampir sebulan aku nganggur. Memilih mencari uang dengan menjadi guru les private dadakan, dan hasilnya lumayan. Tiba-tiba ide itu muncul. Kami, aku dan Alfredo, memulai usaha lembaga les. Jadi kami cari murid, lalu cari guru, lalu fee gurunya akan kami potong 10%. Hitung-hitung untuk biaya promosi. Kalau kata Alfredo buat uang malu. Malu karena nawar-nawarin jasa les ke tante-tante orang tua murid.

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan, bukan? Bertemu dengan orang baru atau dengan teman lama, kita tidak pernah tahu kalau ceritanya akan jadi sangaattt panjang.

Comments

Popular Posts