It's almsot been a year ago
Hari itu kamu mengenakan kemeja jeans. Warnanya biru tua. Kalau tidak salah, kemeja itu hadiah Natal dariku. Matamu sembab dan ada kantung kemerahan di bawahnya. Tapi kamu tidak peduli pada matamu yang mungkin sudah meronta ingin istirahat. Kamu terpaku pada peti kayu itu begitu lama. Oh mungkin aku salah, sebenarnya yang ingin kamu tatap adalah gadis cantik di dalam peti itu. Gadis yang selalu kamu panggil kakak, tapi tidak di depanku.
Kamu terus menatap, sampai aku takut matamu luluh bersama
air matamu lalu jatuh ke tanah. Aku tahu tatapan itu, tatapan rasa bersalah. Tatapan
permohonan maaf yang belum sempat kamu ucapkan. Dan tidak akan pernah sempat
kamu ucapkan kecuali dalam doa. Kamu begitu bersedih dan menumpahkan semuanya
pada ibumu. Kamu memeluk ibumu begitu erat, mungkin seperti dulu saat kamu
ketakutan di hari pertamamu bersekolah. Mungkin aku berlebihan, tapi sungguh
aku kehabisan kata-kata. Dari caramu memeluk, aku tahu kamu begitu mencintai
ibumu. Dan dari caramu menatap, aku tahu kamu begitu mencintai kakakmu.
Aku begitu lama menatapmu. Sampai aku tidak sadar pria disebelahku
memperhatikanku. Entah sejak kapan. Aku menoleh ke arahnya, dan dia tersenyum. Ia
tersenyum begitu tulus. Pria paruh baya. Ia mengenakan kemeja hitam tanda
berkabung. Rambutnya ikal seperti rambutmu, bedanya rambut pria itu sudah
memutih. Aku tersenyum balik ke arahnya. Ke arah pria tadi. Pria yang kamu
panggil papi.
Comments
Post a Comment